Artikel


  • Imam Budidharma, ST, M.Dev
  • 31 Desember 2015 - 08:47:18

PENGARUH MODAL MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Abstrak

Modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Penelitian empiris menunjukan adanya pengaruh yang positif antara faktor pembentuk modal manusia dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan menggunakan aspek pendidikan sebagai faktor pembentuk modal manusia, penulis menemukan pengaruh positif dan signifikan antara Angka Partisipasi Kasar dengan PDRB DIY. Sementara itu, variabel investasi juga menunjukan pengaruh positif terhadap PDRB DIY. Namun demikian, variabel jumlah Bekerja tidak terbukti siginfikan berpengaruh. Hasil tersebut sejalan dengan beberapa penelitan sebelumnya yang menyebutkan masih tingginya setengah pengangguran di DIY. Temuan lain dari laporan data ketenagakerjaan menyebutkan adanya kecenderungan peningkatan persentase pekerja di DIY yang berpendidikan rendah sementara tenaga kerja dengan pendidikan menengah diduga memilih bekerja di luar DIY. Hal tersebut perlu menjadi pengambil kebijakan bahwa ketersediaan modal manusia yang berkualitas di DIY masih belum diikuti dengan penyerapan tenaga kerja.
Kata Kunci: Modal Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Tenaga Kerja

 

1. Pendahuluan

Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan riil per kapita penduduk dalam jangka panjang dengan diikuti oleh perbaikan kondisi kehidupan. Sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, diperlukan akumulasi sumber daya atau modal untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu wilayah. Ada tiga jenis modal yang dibutuhkan dalam proses akumulasi tersebut, yaitu modal fisikal (capital stock), modal manusia (human capital) dan modal sosial (Arsyad, 2015).Modal manusia merupakan investasi pada diri manusia dalam bentuk keahlian, norma-norma dan kesehatan yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan layanan kesehatan (Todaro,2014). Modal manusia mempengaruhi perekonomian suatu wilayah atau negara melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja perekonomian serta peningkatan teknologi. Secara empiris beberapa penelitian menunjukan adannya pengaruh modal manusia terhadap dengan pertumbuhan ekonomi.

Pendekatan yang umumnya digunakan untuk mengukur pengaruh modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor pembentuk modal manusia seperti pendidikan dan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2009) menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Ilmawan (2009) dengan menggunakan variabel kualifikasi pendidikan tenaga kerja juga menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun demikian, secara khusus terjadi perbedaan dengan kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beberapa hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa pengaruh dari modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi belum signifikan. Penelitian Wulandari (2009), Suyanto (2010) dan Astuti (2014) menyimpulkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari investasi fisik terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY. Sementara itu, dalam penelitian yang sama, varibel tenaga kerja dan penduduk tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tulisan ini mencoba membahas pengaruh modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi DIY melalui pengujian model ekonomi serta membandingkan dengan beberapa hasil penelitian terkait. Selain itu juga dilakukan tinjauan pustaka atas beberapa pandangan tentang bagaimana keberadaaan atau konsentrasi modal manusia mempengaruhi pembangunan suatu wilayah.


2. Pembahasan
2.1 Modal Manusia dalam Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan perekonomian memiliki tujuan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan diikuti peningkatan kualitas atau kesejahteraan kehidupan. Selain menjadi output dari pembangunan, kualitas sumber daya manusia itu juga merupakan faktor penentu pembangunan ekonomi. Peningkatan investasi pada modal manusia membawa hasil peningkatan akses teknologi, peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Indonesia akan menghadapi bonus demografi yaitu kondisi dengan komposisi penduduk yang didominasi oleh angkatan kerja. Namun demikian perlu disadari bahwa peningkatan jumlah sumber daya manusia yang terlalu cepat yang tidak didukung dengan ketrampilan dan pengetahuan yang cukup justru akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Ferianto, 2014). Demikian juga penegasan Presiden Joko Widodo dalam Kompas bahwa bonus demografi ibarat pedang bermata dua:

"Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," kata Jokowi, saat berpidato di acara peringatan Hari Keluarga Nasional, di Lapangan Sunburst, Kota Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (1/8/2015) (Kompas, 2015)

Demikian halnya dengan DIY, laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa secara demografis DIY sedang diuntungkan karena Angka Ketergantungan yang cenderung semakin menurun (BPS, 2015). Angka ketergantungan menunjukan proporsi penduduk yang tidak produktif yaitu penduduk berumur muda (di bawah 15 tahun) dan lanjut usia (di atas 65 tahun) dibandingkan penduduk produktif (15-64 tahun). Tahun 2012 angka beban ketergantungan mencapai 45, turun menjadi 44 pada tahun 2014. Ini berarti bahwa secara rata-rata setiap 100 penduduk produktif pada tahun 2012 menanggung sekitar 45 penduduk tidak produktif, sedangkan pada tahun 2014 setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 44 penduduk tidak produktif (BPS, 2015).

Sementara itu, dalam perspektif urban planning, konsentrasi modal manusia dalam suatu kawasan turut mendorong pertumbuhan wilayah tersebut. Kawasan perkotaan yang memiliki konsentrasi tenaga kerja terlatih (skilled labor) cenderung lebih cepat tumbuh (Glaeser, 2003). Demikian juga pendapat Florida (2008) dalam konsep creative class. Konsentrasi masyarakat kreatif (creative class) menjadi pendorong pertumbuhan suatu kawasan. Dengan demikian, salah satu kunci sukses suatu kawasan untuk berkembang adalah bagaimana mereka dapat menarik kehadiran modal manusia ke dalam kawasan tersebut.


2.2 Pengaruh Modal Manusia dalam Pertumbuhan Ekonomi DIY
2.2.1 Spesifikasi Model
Model pertumbuhan ekonomi yang diajukan oleh Mankiw, Romer dan Weil (1992) memasukan faktor-faktor akumulasi modal fisik (K), kemajuan teknologi (A) dan modal manusia (H) sebagai penentu Produksi Nasional (Y) dalam fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut:

Dimana untuk modal manusia dapat didefiniskan sebagai berikut:


Dengan Et adalah pendidikan dan Lt adalah jumlah tenaga kerja. Selanjutnya persamaan (1) dapat dituliskan kembali sebagai berikut


Dengan mengadopsi model dalam penelitian Widodo dan Reza (2013) persamaan (3) ditransformasi dalam bentuk logaritma natural menjadi sebagai berikut:


Di mana lnYt adalah logaritma natural dari PDRB, lnKt adalah logaritma natural dari modal fisik yang diproksi dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), lnLt adalah logaritma jumlah angkatan kerja yang bekerja , lnEt adalah logaritma natural untuk tingkat pendidikan dan varibel a, α, τ dan γ merupakan parameter yang akan diestimasi dengan teknik regresi. Dalam tulisan ini, sebagai pendekatan atas tingkat pendidikan digunakan Angka Partisipasi Kasar (APK). Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapa pun usianya) terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan (BPS 2015).

2.2.2 Hasil Pengujian Model
Dengan menggunakan data seri dari tahun 2003 sampai dengan 2014, dilakukan pengujian model pada tingkat kepercayaan 95%. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1 PDRB, PMTB, Penduduk Bekerja, dan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2003-2014

Hasil pada tabel berikut menunjukan bahwa variabel PMTB dan Angka Partisipasi Kasar berpengaruh positif dan siginifikan terhadap PDRB. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai koefisien yang posistif dengan p-value di bawah 5%. Sementara itu variabel Angkatan kerja tidak terbukti signifikan berpengaruh terhadap PDRB.

Tabel 2 Hasil Pengujian Model Regresi Linier

Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi memiliki pengaruh yang positif terhadap PDRB DIY. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Dengan demikian, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perlu diupayakan peningkatan investasi di DIY. Pemerintah daerah bersama dengan dunia bisnis perlu menjadaga iklim investasi yang kondusif serta menyiapkan potensi investasi yang layak secara ekonomi.

Sementara itu, hasil pengujian model regresi menunjukan bahwa variabel angkatan yang bekerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel PDRB. Hasil tersebut sejalan juga dengan penelitian Wulandari (2009) dan Astuti (2014) yang menyimpulkan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Menurut Astuti (2014) pertumbuhan tenaga kerja di DIY tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari aspek pengukuran jumlah orang yang bekerja, BPS menggunakan batasan yang tidak ketat. Yang dimaksud dengan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh pendapatan paling sedikit 1 (satu) jam secara terus menerus dalam seminggu. Sehingga hasil dari pengukuran tersebut, pada angka jumlah penduduk yang bekerja di dalamnya masih terdapat pekerja setengah pengangguran yang waktu kerjanya kurang dari jam kerja normal dalam seminggu. Atau dengan kata lain jumlah pengangguran yang diperoleh dari survei BPS pasti menjadi lebih kecil dari pengangguran senyatanya (Feriyanto, 2014).

Pendidikan sebagai salah satu faktor pembentuk modal manusia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB DIY. Sesuai dengan hasil pengujian model, variabel APK memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel PDRB. Temuan ini melengkapi hasil penelitian Octaviningrum (2015) yang menyimpulkan bahwa varibel rata-rata lama sekolah berpengaruh positif terhadap PDRB DIY. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dengan semakin besarnya komposisi penduduk yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi DIY juga akan turut meningkat.

Dari hasil temuan di atas, tentunya harus disepakati pengambil kebijakan bahwa kualitas modal manusia menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Laporan BPS (2015) menyebutkan bahwa jika dilihat dari tingkat pendidikan pekerja di DIY, terjadi penurunan komposisi pekerja dengan pendidikan SLTA dan justru terjadi peningkatan persentase pekerja dengan pendidikan SLTP pada tahun 2014.


“Persentase pekerja berpendidikan SLTP atau lebih rendah mengalami peningkatan dari 34,9 persen tahun 2013 menjadi 36,8 persen tahun 2014, sedangkan persentase pekerja/karyawan berpendidikan SLTA ke atas mengalami penurunan dari 22,3 persen menjadi 23,2 persen. Peningkatan persentase pekerja/karyawan dengan jenjang pendidikan SLTP ke bawah dan penurunan persentase pekerja/karyawan SLTA ke atas menunjukkan terjadinya penurunan kualitas SDM D.I. Yogyakarta, baik untuk pekerja/karyawan laki-laki maupun perempuan” (BPS DIY, 2015. Indikator Tingkat Hidup Pekerja/Karyawan Daerah Istimewa Yogyakarta)


Temuan BPS tersebut perlu menjadi perhatian mengingat bagi pekerja dengan pendidikan yang rendah (SLTP) tentu kesempatan untuk mendapatkan pendapatan (income) yang tinggi akan kecil. Sementara itu, dalam laporan yang sama, BPS menduga menurunnya persentase pekerja/karyawan berpendidikan SLTA karena adanya kecenderungan lulusan SLTA dan sederajat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau bekerja di luar wilayah DIY (BPS, 2015). Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa persetase migrasi netto di DIY mencapai -9,8% atau dapat dikatakan jumlah penduduk yang migrasi keluar dari DIY lebih tinggi daripada yang migrasi masuk ke dalam DIY. Sejalan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan adanya kemungkinan kurangnya lapangan pekerjaan di DIY untuk mereka yang mengenyam pendidikan menengah ke atas.


3. Penutup
Modal manusia memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan menggunakan pendekatan pendidikan sebagai salah satu faktor pembentuk modal manusia, hasil pengujian model menunjukan adanya hubungan yang positif variabel APK terhadap PDRB DIY. Temuan tersebut sejalan dengan beberapa penelitian lainnya yang menggunakan variabel berbeda di bidang pendidikan. Dengan demikian investasi pada sumber daya manusia harus disepakati bersama sebagai faktor pendorong pertumbuhan perekonomian DIY dalam jangka panjang. Penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan sebagai investasi dalam modal manusia misalnya, mesti senantiasa diupayakan. Di sisi lain, Pemerintah harus berupaya meningkatkan mutu layanan pendidikan terutama dengan tujuan upaya kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Sementara itu, data ketenagakerjaan menunjukan adanya kecenderungan pekerja dengan pendidikan rendah yang meningkat di DIY. Di sisi lain, BPS dalam laporan Indikator Tingkat Hidup Pekerja/Karyawan Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 menduga adanya kecenderungan pekerja dengan pendidikan menengah ke atas keluar dari wilyah DIY. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat tenaga kerja dengan pendidikan rendah memiliki peluang mendapatkan penghasilan yang rendah juga. Jika kondisi ini berjalan terus menerus, maka tingkat pendapatan masyarakat tentu akan tumbuh lambat. Dengan demikian, perlunya dipikirkan bagaimana upaya pembukaan lapangan kerja bagi tenaga kerja terdidik di DIY. Dengan melihat potensi yang ada seperti tren pertumbuhan industri pariwisata, perdagangan serta jasa-jasa di DIY, mestinya pendidikan dan pelatihan ketrampilan dapat dikaitkan dengan kebutuhan dunia kerja tersebut.


4. Daftar Pustaka
Arysad, Lincolin. 2015. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Astuti, Ss Puji. 2014. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabuaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2000-2011. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Indicators) 2014, Yogyakarta

Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Indikator Tingkat Hidup Pekerja/Karyawan Daerah Istimewa Yogyakarta 2014, Yogyakarta
Ferianto, Nur. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Florida, R, Mellander, C & Stolaric, K. 2008. Inside the black box of regional development: human capital, the creative class and tolerance. Journal of Economic Geography 8 (2008) pp. 615–649
Glaeser EL, Saiz A. 2003. The Rise of the Skilled City, (online), (http://scholar.harvard.edu/glaeser/publications/rise-skilled-city), diakses 19 November 2015
Ilmawan, Yuni Prasetyo Budi. 2009. Human Capital: The Impact of Education on Regional Economic Growth in Indonesia. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Irawan, Yogi. 2009. Analisis Pengaruh Mutu Modal Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Perbedaan Pertumbuhan Regional dan Perkembangan Ukuran Provinsi di Indonesia Serta Faktor-Faktor Determinasinya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kompas, Jokowi: Bonus Demografi Ibarat Pedang Bermata Dua, (http://nasional.kompas.com/read/2015/08/01/13314511/Jokowi.Bonus.Demografi.Ibarat.Pedang.Bermata.Dua), diakses 19 November 2015
Mankiw, GN, Romer, D & Weil DN. 1992. A Contribution To The Empirics of Economics Growth. The Quarterly Journal of Economics, May 1992, pp. 407-435
Octavianingrum, Denty. 2015. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi 5 Kabupaten/Kota. Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2002-2008. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Todaro, Michael P & Stephen C. Smith. 2015. Economic Development, Twelfth Edition, England: Pearson Education Limited
Widodo, Tri, & Reza, Faizal. 2013. The Impact of Education on Economic Growth. Journal of Indonesian Economy and Business, Volume 28, Number 1, 2013, pp. 23 – 44.
Wulandari, Eka. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1979-2008. Tesis Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Imam Budidharma, ST, M.Dev

Jabatan Perencana Pertama

Kompleks Kepatihan, Danurejan, Yogyakarta
(0274)589583, (0274)557418
(0274)562811
(0274)586712
http://bappeda.jogjaprov.go.id
bappeda@jogjaprov.go.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website Ini Atau Sistem Kami Saat Ini. Tanggapan Anda Sangat Membantu Untuk Meningkatkan Pelayanan Kami Kepada Masyarakat.Apabila terdapat kendala dalam menemukan informasi yang dicari dapat mengunjungi halaman FAQ