SMART CITY PELUANG DAN TANTANGAN UNTUK YOGYAKARTA BERBUDAYA
Abstrak
Tujuan implementasi Smart City adalah untuk dapat membentuk dan menerapkan suatu kota yang aman, nyaman, terkendali dan mempermudah akses bagi warganya serta memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian, sosial dan teknologi. Yogyakarta tidak terlepas dari dualisme modernitas kota yang jika tidak diantisipasi akan semakin meminggirkan keberadaan Yogya sebagai KOTA BUDAYA. Kajian ini membahas mengenai konsep smart city dan bagaimana tantangan serta implementasi di Yogyakarta sebagai Kota Budaya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka. Dalam rangka mewujudkan Yogyakarta smart city sangat dibutuhkan dukungan partisipasi multistakeholders, masyarakat yang cerdas dengan kesetaraan dan pendidikan yang baik, rencana strategis yang berkesinambungan dan terintegrasi, serta kemitraan. Implementasi Smart City . Rekomendasi kajian ini adalah perlu roadmap sebagai pedoman untuk mengakselarasi kegiatan pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital serta dibutuhkan kelembagaan yang mengelola IT dan informasi beserta sumberdaya manusianya di dalam mengelola ekosistem kultural di DIY berbasis digital, diperlukan pemanfaatan smart energy dalam pengembangan smart city, sebagai bagian dari smart environment yaitu memanfaatkan energi secara bijak serta mulai memanfaatkan energi terbarukan untuk pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital
Kata Kunci: Peluang, Tantangan Smart City, dan Berbudaya
Latar Belakang
Kondisi perencanaan pembangunan perkotaan saat ini lebih memberi perhatian pada aspek lingkungan dan keberlanjutan dan isue isue kekinian yang berkaitan langsung dengan permasalahan perkotaan. Namun demikian pembangunan berkelanjutan dihadapkan pada permasalahan global antara lain seperti penurunan kualitas pelayanan publik, berkurangnya ketersediaan lahan pemukiman, kemacetan di jalan raya, kesulitan mendapatkan tempat parkir, membengkaknya tingkat konsumsi energi, penumpukan sampah, peningkatan angka kriminal, dan masalah masalah sosial lainnya. Semua permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cepat jika masih menggunakan pola konvensional seperti yang digunakan saat ini. Untuk menyelesaikan masalah dan mewujudkan kota yang aman dan nyaman bagi penduduknya, diperlukan upaya dan solusi cerdas untuk penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan penerapan dan kolaborasi ekosistem kota yang masuk ke dalam konsep Smart City yang saat ini banyak menjadi impian kota-kota besar di Indonesia untuk diterapkan. Konsep ini dianggap sebagai solusi dalam mengatasi berbagai persoalan.
Konsep Smart City muncul sebagai tuntutan perlunya membangun identitas kota yang layak huni, aman, nyaman, hijau, berketahanan iklim dan bencana, berbasis pada karakter fisik, keunggulan ekonomi, budaya lokal, berdaya saing, berbasis teknologi dan IT. Pemerintah pusat telah meluncurkan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 yang bertujuan menilai dan mengapresiasi sejumlah kota di Indonesia yang telah menerapkan konsep tersebut. Dalam konsep solusi Smart City ini, pemerintah, industri, akademis, maupun masyarakat ikut terlibat untuk menjadikan kota menjadi lebih baik. Tujuan implementasi Smart City adalah untuk dapat membentuk dan menerapkan suatu kota yang aman, nyaman, terkendali dan mempermudah akses bagi warganya serta memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian, sosial dan teknologi. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan dari strategi implementasi Smart City adalah untuk menunjang kota di dalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing), teknologi dan lingkungan (kenyamanan). Atau lebih umum lagi berdasarkan United Nation, dapat dikatakan bahwa tujuan Smart City adalah untuk membentuk kota yang Sustainable (ekonomi, sosial, lingkungan) . Secara umum pelaksanaan konsep smart city ini juga sudah mulai berjalan dengan dukungan aplikasi yang terus berkembang sehingga tercipta lingkungan yang kreatif di bidang teknologi, sebagai langkah awal yang baik menuju kota pintar.
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang berpotensi dan memungkinkan untuk menerapkan konsep smart city. Beberapa modal dasar yang dimiliki oleh kota Yogyakarta antara lain dari faktor kesejarahan yaitu sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang Dasar 1945. Dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DIY mempunyai peranan yang penting. Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949 pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya faktor yang tak kalah penting adalah Yogyakarta memiliki kekayaan budaya (cultural capital) yang tak lekang oleh perubahan jaman, modal sosial (social capital) dan kecerdasan lokal (local wisdoms) serta modal insani (human capital), Kreatif dan inovatif, Egaliter dan toleransi tinggi, Jogya juga dikenal sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali (liveable city) disamping itu Yogyakarta juga sering dianggap sebagai Indonesia mini karena mahasiswa datang dari penjuru nusantara dengan berbagai adat istiadat mereka yang dapat menyatu dengan budaya masyarakat Jogya yang memang dikenal ramah dan terbuka kepada pendatang serta keberadaan Sultan sebagai panutan dan dinamika politik yang relatif stabil.
Yogyakarta sendiri tidak terlepas dari dualisme modernitas kota yang jika tidak diantisipasi akan semakin meminggirkan keberadaan Yogya sebagai KOTA BUDAYA. Kajian ini membahas mengenai konsep smart city dan bagaimana tantangan serta implementasi di Yogyakarta sebagai Kota Budaya.
Kerangka Pemikiran
1. Definisi dan Konsep Smart City
Menurut Suhono (2015), Smart City adalah pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk menghubungkan, memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan atau dengan kata lain Kota yang mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya (sensing), memahami kondisi permasalahan tersebut (understanding) , dan dapat mengatur (controlling) berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya”.
Merujuk pada http://www.smartcityindonesia.org/ sebuah kota dikatakan smart jika kota tersebut dapat mengetahui (sensing) keadaaan kota didalamnya , memahami (understanding) keadaan tersebut lebih jauh dan melakukan aksi (action) terhadap permasalahan tersebut. Tujuan dari adanya smart city adalah untuk membentuk suatu kota yang aman, nyaman bagi warganya serta memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian. Sehingga dapat dijelaskan adalah untuk menunjang kota didalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing) dan lingkungan (kenyamanan).
Smart city adalah kota pintar yang memanfaatkan teknologi sebagai salah satu acuan agar suatu kota menjadi cerdas. Jadi pengertian smart city adalah suatu konsep pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan kota masing-masing. Smart city juga dapat di defenisikan sebagai sebuah konsep penataan kota yang terintegrasi dalam semua aspek, baik dari pemerintahan, penduduk, kesehatan, pendidikan dan masih banyak lagi yang lainnya dengan menjadikan perkembangan teknologi sebagai salah satu perangkatnya. Lebih lanjut definisi Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas yang membantu masyarakatnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau mengantisipasi kejadian yang tak terduga. SmartCity dapat disimpulkan bahwa memanfaatkan sumber informasi dan menggunakan teknologi yang canggih untuk mempermudah kehidupan (http://www.sekolahkampus.com)
2. Manfaat Smart City
Salah satu dimensi terpenting dari Smart City adalah bahwa kota seharusnya memberikan pelayanan yang menggunakan teknologi terkini, dan membangun infrastruktur yang pintar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan murah kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Ramah lingkungan, hal pertama dilakukan adalah mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH). Efisien dalam penggunaan energi, angkutan publik menjadi sebuah keharusan dan penyediaan yang memadai. Menerapkan teknologi tepat guna sejalan dengan penambahan infrastruktur, menerapkan berbagai macam kajian yang lebih efisien, fleksibel dan tepat dan mampu menerapkan implementasi konsep-konsep smart city. Teknologi informasi makin hari makin menjadi kunci dari pembangunan suatu negara atau kota karena Globalisasi memicu pertukaran informasi dengan cepat dan akurat sehingga bisa diakses secara langsung dan terbuka . Jika teknologi informasi tidak berkembang atau stagnan, pembangunan pun menjadi terkendala dan tidak bisa bersaing dengan negara lain.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari konsep Smart City:
1) Memperbaiki permasalahan di masyarakat
2) Meningkatkan layanan publik
3) Menciptakan pemerintahan yang lebih baik
4) Mencerdaskan masyarakat
5) Mengelola potensi kota dan potensi SDM
Dari sisi ekonomi, sebuah Kota Cerdas merupakan kota yang ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota, termasuk layanan teknologi informasi dan komunikasi, tata kelola, dan peran SDM yang baik. Dari sisi sosial, Kota Cerdas ialah kota yang masyarakatnya memiliki keamanan, kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah. Dari sisi lingkungan, sebuah Kota Cerdas memberi kesempatan masyarakatnya memiliki tempat tinggal layak huni, sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi dengan dukungan layanan teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan, dan peran sumber daya manusia yang baik.
3. Komponen Smart City
Berikut ini adalah beberapa komponen dalam implementasi smart city. Komponen-komponen yang dimaksud adalah Smart living, Smart Environment, Smart Infrastructure, Smart Governance, Smart Economi, and Smart People.
4. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Smart City
Merujuk pada Kementrian PPN/BAPPENAS dalam Frame Work Nasional Pengembangan Pengembangan Smart City di Indonesia adalah sebagai berikut:
Permasalahan Kewilayahan Yogyakarta, Kondisi Perkembangan dan Modernitas Pembangunan Yogyakarta
Kawasan perkotaan Yogyakarta terus mengalami kemajuan mengingat Yogya merupakan tempat yang sangat strategis bagi berbagai kegiatan khususnya yang berkaitan dengan ekonomi. Jogjakarta sebagai destinasi wisata maupun pendidikan merupakan faktor yang menjadi alasan pelaku bisnis properti memilih Jogjakarta sebagai obyek pembangunan maupun pengembangan bisnis properti.
Akibat yang timbul adalah semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk yang berakibat pada dibutuhkannya semakin banyak ruang untuk menampung dan menunjang berbagai aktivitas penduduknya. Potensi wisata yang begitu besar menimbulkan daya tarik bagi para investor untuk membangun hotel di Yogyakarta. Kecepatan laju perkembangan pembangunan bangunan komersial yang tidak terkendali di wilayah kota Yogyakarta akan menimbulkan banyak dampak negatif. Pembangunan bangunan komersial hotel dan apartemen) berdampak semakin meningkatnya kepadatan bangunan di wilayah Kota, demikian pula kondisi lalu lintas dimana pertumbuhan kendaraan pribadi demikian pesat yang menyebabkan kemacetan dan tundaan laju kendaraan, dampak pembangunan hotel , komersial dan perumahan -perumahan baru menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya air yang berlebihan dan berkurangnya cadangan air tanah , bila tidak diatasi akan menyebabkan masalah serius dikemudian hari.
Seperti halnya kota besar yang lain , penduduk yang tidak memiliki akses finansial akan mencari hunian yang ala kadarnya yang menyebabkan timbulnya pemukiman kumuh dengan sarana sanitasi yang tidak memadai yang menimbulkan masalah kesehatan dan penduduk yang rentan terhadap penyakit. Dari aspek sosial, modernitas dan tumbuhnya enclave - enclave perumahan mewah telah meminggirkan masyarakat lokal dan menguatnya hedonisme yang menyebabkan gap kaya dan miskin semakin melebar dan dampaknya muncul permasalahan sosial baru antara warga pendatang dengan penduduk lokal. Demikian pula ancaman terhadap warisan budaya mengkhawatirkan,pembangunan dan modernisasi yang prokapital menempatkan aspek budaya pada posisi marjinal, utamanya di kawasan kota (disampaikan Sultan HB X dalam diskusi panel Kebudayaan 2013)
Pembahasan
1. Upaya yang dilakukan DIY Menuju Smart City
Konsep Smart City sangat relevan dengan rencana pembangunan DIY yang pada dasarnya telah dimulai dari Smart Action Plan, yang dimulai dari penyusunan dokumen perencanaan pembangunan DIY telah berbasis IT yaitu “Jogja Plan”, yang sifatnya cukup ineraktif dalam arrti masyarakat dapat memberikan usulan langsung melalui situs. Selanjutnya Sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan DIY juga telah dilakukan secara online melalui webmonev.apbd.jogjaprov.go.id.
Dibawah ini beberapa contoh implementasi dari komponen Smart City yang telah dilaksanakan oleh Pemda DIY, antara lain sebagai berikut :
2. Peluang dan Tantangan Pengembangan Smart City dalam rangka Jogya Istimewa
Seiring dengan penetapan DIY sebagai Daerah Istimewa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, maka tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi mempunyai peran penting sebagai peluang untuk mengakselerasi terwujudnya pembangunan daerah khususnya DIY sebagai Daerah Istimewa. Upaya untuk mendukung keistimewaan DIY dilakukan melalui dukungan kepada urusan kebudayaan menjadi salah satu layanan unggulan Digital Government Service (DGS). Untuk mendukung urusan kebudayaan berbasis teknologi informasi dan informatika maka perlu dikembangkan ekosistem kultural berbasis digital.
Pengembangan Ekosistem Kultural DIY Berbasis Digital merupakan kegiatan pengembangan sistem informasi berbasis multimedia terpadu yang berfungsi sebagai alat untuk penyebaran berbagai informasi pembangunan daerah serta berbagai informasi budaya, pariwisata, dan pendidikan hal ini sesuai dengan Visi jangka panjang DIY yaitu sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah tujuan Wisata terkemuka di Asia tenggara dalam lingkungan masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera pada Tahun 2015. Sistem informasi bebrbasis multi media akan menjadi salah satu infrastruktur para pemangku kepentingan di sektor budaya, pariwisata dan pendidikan diharapkan seluruh pemangku kepentingan dapat bersinergi dan berkolaborasi dalam rangka penyebaran informasi dalam bentuk multimedia. Informasi tersebut akan sangat berguna untuk kepentingan sosialisasi dan promosi,yang selanjutnya disebarkan secara digital melalui berbagai platform, seperti videotron, kios-K interaktif, multi portal web, aplikasi ponsel (mobile app), holographic screen ( media layar sentuh) dan lain lainnya diharapakan jangkauan penyebaran informasi menjadi lebih cepat, lebih luas sehingga akan menjadi lebih efektif.
Potensi pariwisata, budaya, dan pendidikan yang terdapat di Yogyakarta merupakan peluang yang dapat disinergikan membentuk indikator smart city khas Yogyakarta. Lebih lanjut disampaikan oleh Sigit Priyanto (2014) dalam rangka mendukung peluang DIY sebagai Smart City berbasis budaya perlu menggali kekayaan budaya DIY antara lain, kota pendidikan yang kaya akan pusat-pusat kebudayaan, wisata budaya, arsitektural kuno (candi, situs dll), museum, berbagai aktivitas tradisional masyarakat, alat transportasi tradisional, galeri seni dan masih banyak lagi sehingga sangat dibutuhkan penyediaan akses budaya secara virtual untuk meningkatkan kunjungan fisik dalam kegiatan budaya.
Adapun Platform penyebaran informasi digital tersebut direncanakan akan dibangun pada lokasi-lokasi strategis dan di Kawasan Cagar Budaya (KCB) yang keberadaannya tersebar di wilayah DIY. Strategi Ekosistem Kultural Multi Platform yang akan dikembangakan antara lain dilakukan dengan :
Membangun Pusat Media Digital Budaya untuk melestarikan warisan budaya dan cagar budaya dengan harapan dapat menjadi pusat informasi digital mengenai budaya dan cagar budaya yang ada di Yogyakarta.Menyediakan akses publik terhadap informasi digital budaya dan cagar budaya melalui berbagai platform dan dalam berbagai format informasi baik video gambar suara teks
Skematis dari Strategi Ekosistem Kultural Multi Platform dapat digambarkan sebagai berikut :
Tantangan sebuah kota bisa menjadi Smart city atau tidak sesungguhnya masyarakat mempunyai peran yang paling utama, Smar City harus didukung oleh smart people karena masyarakat dan budaya lokal diharapkan bisa menerima perubahan, jika tidak ini akan menjadi percuma. Pada prinsipnya adalah bagaimana setiap individu dapat taat terhadap kebijakan pemerintah dan terfasilitasi dalam hal pelayanan publik dengan pemanfaatan smart card misalnya E-KTP yang kedepan berfungsi ganda untuk pembayaran pajak, akses perbankan, bahkan sampai dengan pelanggaran lalu lintas data akan terecord.
Mewujudkan Yogyakarta sebagai smart city memang tidak mudah. Impian smart city membutuhkan proses dan sinergi dengan aspek-aspek lain, termasuk penerimaan masyarakat. Dalam hal ini Smart city bukan merupakan urusan pemerintah saja, namun membutuhkan partisipasi multi pihak agar program dapat terimplementasikan dengan baik dan penerapannya harus bersifat menyeluruh, hal inilah yang justru menjadi tantangannya sehingga hal ini harus diselesaikan dengan baik. Khusunya untuk Yogyakarta yang cukup rawan dengan bencana dapat menambahkan smart disaster management, artinya bagaimana mengintegrasikan pemanfaatan IT untuk quick response dalam penanganan bencana. Demikian pula Yogyakarta yang sarat dengan nilai budaya menerapkan smart culture sehingga pada akhirnya nanti Jogyakarta dapat memiliki dan mengembangakan Jogya digital value yang menjadi nilai plus dari Jogya Istimewa.
Penutup
1. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan Yogyakarta smart city sangat dibutuhkan dukungan partisipasi multistakeholders, masyarakat yang cerdas dengan kesetaraan dan pendidikan yang baik, rencana strategis yang berkesinambungan dan terintegrasi, serta kemitraan. Implementasi Smart City harus melibatkan partisipasi masyarakat dari awal sehingga kesetaraan warga, pemerintah, swasta, dan akademisi mampu menciptakan kota cerdas Adapun pelibatan swasta tidak hanya mewujudkan kota yang smart saja tapi juga yang berkelanjutan. Kota harus mendayagunakan modal dan kapasitas, dengan pengembangan kawasan dan penerapan teknologi, dan menggerakkan warga untuk bersama mengembangkan kota.
Dalam rangka mewujudkan DIY sebagai Smart City maka percepatan pembangunan Infrastruktur TIK secara merata, berkualitas dan terjangkau di DIY dan terintegrasi dari beragam sektor sehingga pengawasan data dan pelayanan bisa berjalan secara bersamaan merupakan suatu prasyarat mutlak
Faktor kesuksesan kota cerdas dibanyak kota-kota lain adalah karena faktor budaya yang dimulai dari hal paling sederhana, tertib berkendaraan, perilaku membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok dalam ruangan,menjaga fasilitas publik serta hidup hidup selaras dengan lingkungan karena kota cerdas merupakan cerminan warganya, Jika ingin kota cerdas maka masyarakat juga harus cerdas, yang diwujudkan dalam perilaku cerdas
2. Rekomendasi
Untuk mendukung Jogya Smart City melalui pengembangan ekosistem kultural di DIY berbasis digital maka beberapa hal yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut :
Dalam rangka pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital diperlukan roadmap yang mampu mengakselarasi implementasi rencana pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital dan seyogyanya ditindaklanjuti menjadi regulasi meskipun saat ini Regulasi terkait eGov dengan kegiatan DGS nya sudah diakomodir dalam Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2006 tentang Blueprint Jogja Cyber Province dan pada 2014 sudah dilakukan updating Blueprint dengan bidang/urusan budaya dan kePUan.
Dibutuhkan kelembagaan yang mengelola IT dan informasi termasuk peningkatan kapasitas SDM pengelola ekosistem kultural di DIY berbasis digital serta integrasi (data dan informasi) khususnya sektor budaya. Data dan informasi tersebut dapat bersumber dari masing-masing kabupaten/kota sebagai gambaran wilayah tersebut yang saling melengkapi dengan platform yang sama serta peningkatan forum koordinasi porvinsi dan kabupaten dalam implementasi kegiatan pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital.
Diperlukan pemanfaatan smart energy dalam pengembangan smart city, sebagai bagian dari smart environment yaitu memanfaatkan energi secara bijak serta mulai memanfaatkan energi terbarukan untuk pengembangan ekosistem kultural DIY berbasis digital.
Daftar Pustaka
BAPPENAS, 2015. Framework Nasional Pengembangan Smart City di Indonesia, Jakarta
Supangkat, Suhono. 2015. Anatomi Kota dan Smart City, Indonesia Smart city Initiatives
Primantohari, Ronny. 2014, Ekosistem Kultural DIY Multi Platform “Teknologi Informasi Mendorong Peran Serta Masyarakat dalam Menumbuhkan Sinergi Budaya, Pariwisata dan Pendidikan”.Paparan,Yogyakarta.
Priyanto, Sigit. 2014. Smart City Jogya Cyber Province, Ekosistem Kultural DIY berbasis Digital. Paparan, Yogyakarta.
BAPPEDA DIY, 2014. Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Sektor Komunikasi dan Informatika, Yogyakarta.
BAPPEDA DIY,2015. Tantangan Smart City untuk Jogyakarta Bebudaya. Paparan, Yogyakarta.
Materi workshop Smart City “Operation Room and City Analytic”, ITB Bandung
http://www.smartcityindonesia.org/ Definisi Smart City
http://www.sekolahkampus.com/article/detail/detail/data/610/b125c14f6d6e/list/konsep_smart_city.html